Mengenang “Prestasi” Sang Penjagal: Ariel Sharon


"Kami akan selalu mengingat Ariel Sharon sebagai seorang pria yang  telah membunuh, menghancurkan dan menyebabkan penderitaan terhadap beberapa generasi masyarakat Palestina…. Setelah  8 tahun, Dia sama saja dengan para tiran dan kriminil yang lain yang tangannya berlumuran darah rakyat Palestina”

Khalil al-Hayya, Pemimpin Hamas di Wilayah Gaza

       Inna lillahi wa Inna Lillahi rojiuun…kalimat pembuka tulisan ini tidak bermaksud untuk ikut menyatakan belasungkawa atas kematian Ariel Sharon, mantan perdana menteri Israel yang meninggal pada hari sabtu 11 januari 2014 lalu. Melalui kalimat itu, saya hanya ingin menyatakan bahwa siapapun orangnya, bagaimanapun dia, tempat kembalinya hanyalah Allah swt untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya baik atau buruk.

      Tanggal 11  Januari adalah hari kematiannya setelah sekitar 8 tahun mengalami koma. Hari Sharon meninggal banyak politisi dan pejabat negara yang memberi pernyataan turut berbela sungkawa namun, ada juga politisi dan tokoh yang bersyukur dan bahkan mengutuk kematiannya.  Yang jelas yang paling bersedih adalah rakyat Israel karena kehilangan pahlawannya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan: "saya yakin bahwa kenangan tentang Sharon,  sebagai salah seorang pemimpin yang paling luar biasa dan komandan yang berani akan senantiasa berada di dalam hati-hati masyarakat Israel untuk Selamanya”.

        Dari negara lain, David Cameron, Perdana Menteri Inggris,  mengatakan,  Ariel Sharon adalah figur yang penting dalam sejarah Israel dan sebagai perdana menteri ia telah mengambil keputusan yang kontroversial dan berani dalam mengejar perdamaian…….Hari ini Israel kehilangan seorang pemimpin yang penting”.  Presiden Obama menyatakan rasa belawa sungkawa yang paling dalam untuk keluarga Sharon dan untuk warga Israel atas hilangnya seorang pemimpin yang telah mengabdi untuk negara Israel.   Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Rusia , Vladimir Putin, dan Sekjen PBB Ban Ki-moon turut serta menyatakan kesedihan dan rasa simpati atas meninggalnya Ariel Sharon.

Pernyataan yang berbeda muncul dari politisi dan warga Palestina. Tawfik Tirawi,mantan kepala Intelijen Palestina menyatakan: "Dia (Sharon) ingin menghapus masyarakat Palestina dari Peta…Dia ingin membunuh kami, tapi pada akhirnya, Sharonlah yang mati dan rakyat palestina masih tetap hidup”. Jibril Rajub, pengurus senior partai Fatah, menyatakan penyesalannya terhadap Sharon yang tidak pernah di bawa ke pengadilan kriminal internasional serta keterlibatan Sharon terhadap kematian Yasser Arafat tahun 2004 karena racun.

     Sementara, media terkenal di Timur Tengah aljazeera.com memuat beberapa tulisan yang mengungkap kembali sisi kejahatan Ariel Sharon. Seperti, tulisan Yousef Munayyer, Direktur Eksekutif di The Jerussalem Fund, yang berjudul “Ariel Sharon: Enemy of peace: Sharon's legacy is one of wanton destruction not just of Palestinian homes and lives, but of the peace process itself” terbit 11 Januari 2014.  kemudian tulisan  Ahmed Moor,  Mahasiswa Pascasarjana Kebijakan Publik Universitas Harvard yang menulis opini berjudul “Sharon: The architect of terror: Sharon led Israel down the path of isolation and apartheid. Terbit tanggal 12 Januari 2014.

Karir Jagal si Sharon

      Selama hidupnya, Ariel Sharon telah terlibat dalam hampir semua pertempuran yang dihadapi oleh Israel dan terlibat dalam dalam kolonialisasi dan pembantaian rakyat Palestina. Mulai tahun 1950an Sharon menjadi komandan di Unit 101 di angkatan militer khusus Israel. bulan oktober 1953 Unit 101 yang dipimpin Sharon menyerang Qibya, salah satu perkampungan kecil yang tak  terlindungi (undefended village) di tepi barat Palestina. Peristiwa itu membunuh sekitar 69 orang, kebanyakan anak-anak dan wanita, diantaranya banyak yang dibakar dalam rumah sendiri. Kejadian ini dikecam seluruh dunia, termasuk PBB dan Amerika Serikat namun, tak ada satupun yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut dibawah ke pengadilan. Kemudian tahun 1971, sebagai komandan IDF (Israel Defense  Force), Sharon ikut mengawasi penghancuran ratusan rumah rakyat Palestina Gaza dan memindahkan 25.000 penduduknya ke kamp di Sinai.

     Pada saat Sharon menjadi menteri pertahanan, tahun 1982 Israel menyerang Lebanon dengan alasan ingin mengusir organisasi pembebasan Palestina di Lebanon. Sekitar 20.000 warga Lebanon dan pengungsi palestina yang meninggal. Kejadian yang paling tragis pada peristiwa tersebut adalah pembantaian di Camp Shabra dan Shatilla tempat pengungsian warga Palestina yang dilakukan oleh milisi phalangist libanon, sekutu Israel.  Tanggal 16 September 1982, selama tiga hari kelompok ini melakukan tindakan brutal: penyiksaan, pemerkosaan dan pembunuhan. Diantara para korban ada yang kepalanya terpisah dan organ dalamnya terburai. Sekitar antara 700-3.500 anak-anak, pria dan wanita yang jadi korban pada saat itu.  Akibat peristiwa itu Sharon dipaksa mundur jadi menteri pertahanan meski, karir politiknya tetap berjalan hingga menjadi perdana menteri tahun 2001.

      Aksi brutal Sharon terakhir sebelum mengakhiri karir politiknya terjadi pada tahun 1-11 April 2002 yang disebut dengan pembantaian Jenin. Angkatan militer Israel masuk ke wilayah kekuasaan Palestina dan mengobrak-abrik pemukiman penduduk dengan Buldozer serta melakukan serangan udara melalui helicopter. Media massa dan  organisasi HAM dilarang untuk meliput pembantaian tersebut kecuali setelah 18 April dan akhirnya jejak-jejak pembantaian menjadi hilang dan menyisakan kesimpulan bahwa korban hanya berjumlah 46-55 rakyat Palestina (PBB, Amnesti Internasional,Human Right Watch, BBC dan Majalah Time). Padahal banyak laporan lain yang menunjukkan data-data yang beda yang menunjukkan jumlah korban antara 150-900 orang. Tak ada aktor politik Israel yang dihakimi atas kejadian tersebut.

       Dengan prestasi-prestasi kekejaman Sharon yang telah ditorehkan menjadikan dia sebagai salah satu legenda penjahat dunia yang kebal hukum. Dia juga memiliki banyak gelar sebagai “penghormatan” atas prestasi tersebut seperti butcher of Beirut (tukang jagal Beirut) yang diberikan setelah pembantaian Shabra dan Shatilla, serta the bulldozer, gelar yang diberikan karena sikap tidak kompromi terhadap permusuhan kepada masyarakat muslim Palestina.  Hanya saja, banyak yang kecewa dan bersedih atas meninggalnya karena belum sempat dituntut dan dibawah kepengadilan internasional khususnya kaum muslimin dan masyarakat Palestina sendiri.