CALEG GILA 1

Baru berselang beberapa hari sejak pemilihan legislatif, caleg-caleg yang stress dan frustrasi bermunculan. Di beberapa provinsi para caleg tersebut ada yang sibuk datang ke pesantren-pesantren untuk mencari bimbingan spiritual untuk meredakan stress dan ada juga yang datang ke rumah sakit. Psikiater Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Teddy Hidayat, memprediksikan, akan banyak calong anggota legislatif (caleg) kalah yang mengalami stres usai Pemilu Legislatif 2014 karena mereka sudah mengorbankan banyak uang dan pikiran untuk merebut kursi wakil rakyat. Menurut Teddy, ada tiga golongan stres, yaitu ringan, berat, dan berat. Untuk stres ringan, ditandai dengan cemas, gelisah, dan mudah uring-uringan. Untuk yang (stres) sedang, tandanya, orangnya mulai murung, putus asa, juga mulai menyendiri. Sedangkan gejala caleg yang tingkat stresnya tinggi ditandai dengan bicara sendiri hingga mengamuk. Jika kondisinya seperti itu, maka yang bersangkutan perlu perawatan intensif di rumah sakit. Tingkatan stress yang dialami caleg tersebut salah satu sebabnya dilihat dari banyak atau tidaknya modal yang ia keluarkan untuk kampanye. Potensi stres semakin menguat jika kondisi tubuh sang caleg tidak stabil akibat lelah fisik dan pikiran akibat kampanye (Oris Riswan. 2014. Ini Tanda-Tanda Caleg Stres! http://pemilu.okezone.com). Sebagai perbandingan dengan dampak pemilu 2009, tercatat sekitar 7000 caleg gagal yang menderita ganggugan jiwa mulai dari tingkatan yang ringan sampai yang berat (gila total) dan ada juga yang mencoba bunuh diri.


Potensi mewabahnya caleg-caleg gila memang sangat-sangat potensial karena mereka memperebutkan kursi yang sangat sedikit dengan jumlah pesaing yang ratusan ribu orang. untuk pemilu 2014 ini, total nasional kursi yang diperebutkan sekitar 19.699 sementara yang berebut kursi sebanyak 200 ribu orang, Rinciannya: DPD,132 kursi. DPR, 560 kursi. DPRD I, 2.112 dan DPRD II, 16.895 kursi. Berarti peluang setiap caleg untuk lolos Cuma 10% yang gagal sekitar 180 ribu atau 90%. Tingkat DPR saja, dari 560 kursi diperebutkan oleh 6.607 caleg. Berarti sekitar 6.047 yang bakal gagal (Republika, 04/12/2013).

Uang yang para caleg itu keluarkan juga tak tanggung-tanggung untuk memperebutkan kursi , Hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) mendapatkan fakta berapa kisaran biaya rata-rata yang dikeluarkan seorang caleg DPR RI, yaitu Rp. 1,18 miliar. LPEM mengelompokkan biaya pencalegan untuk DPR RI menjadi 5 kategori :

1. kurang dari Rp.787 juta termasuk sedikit alias masih kurang
2. antara Rp. 787 juta s/d Rp. 1,18 miliar dinilai optimal
3. antara Rp. 1,18 miliar s/d Rp. 4,6 miliar dinilai masih wajar
4. antara Rp. 4,6 miliar s/d Rp. 9,3 miliar termasuk tidak wajar
5. lebih dari Rp9,3 miliar dianggap sudah tidak rasional.

Dibawah ini rangkuman beberapa cerita-cerita dari media mengenai cerita-cerita caleg yang mulai frustrasi setelah yakin tidak lolos dalam pemilu legislative tanggal 09 April 2014 kemarin:
  1. Panitia renovasi Masjid Al Aqsha di Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, kebingungan lantaran harus mengembalikan uang sumbangan dari sejumlah calon anggota legislatif yang diduga gagal. Padahal, uang tersebut sudah masuk ke kas masjid dan diumumkan ke publik. Muhammad Daming, bendahara Masjid Al Aqsha, mengaku pihaknya menerima sumbangan dari sejumlah caleg dengan total Rp 7,5 juta. Namun setelah pemungutan suara pada 9 April kemarin, tiba-tiba sejumlah caleg meminta agar uang sumbangan itu dikembalikan. Sumbangannya sudah dimasukkan ke kas dan diumumkan ke publik bahwa ada caleg yang menyumbang ke masjid. (Namun) saya heran ternyata (sumbangan) diminta kembali," ujar Muhammad Daming kepada Kompas.com, Jumat (11/4/2014). "Hanya saja syaratnya, saat pengembalian, semua pengurus masjid, tim sukses, dan caleg bersangkutan duduk satu lokasi agar tak menimbulkan fitnah di kemudian hari," ucap Daming. http://regional.kompas.com/read/2014/04/11/1859352/Sejumlah.Caleg.Minta.Kembali.Sumbangan.untuk.Masjid.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp
  2. Keluarga dari caleg yang gagal dalam Pemilu 2014 di Cirebon mengaku kesulitan mencari tempat untuk berobat karena RSUD setempat tidak menyediakan ruang inap dan berobat jalan. "Kesulitan membawa keluarga yang depresi setelah gagal pemilihan legislatif karena rumah sakit terdekat tidak menyediakan tempat untuk pengobatan mereka," kata Wahyu, salah seorang anggota keluarga dari caleg yang gagal pada Pemilu 2014. Dia mengaku, keluarga terpaksa membawa caleg gagal ke paranormal hanya untuk menenangkan, meski keluarga repot menjaga caleg gagal tersebut. Mestinya, kata Wahyu, RSU Gunungjati, Cirebon, menyediakan tempat layanan bagi caleg depresi karena jika mereka harus berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, butuh biaya tinggi. Selain itu, jaraknya cukup jauh. http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/04/11/2148039/caleg.gagal.di.cirebon.kesulitan.cari.tempat.berobat?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp
  3. Seorang calon anggota DPRD Tegal, Jawa Tengah, tiba-tiba saja batal memberikan bantuan dua kubah masjid di Desa Kalikangkung, Kecamatan Pangkah. Padahal, kubah berukuran besar tersebut sudah dipesan dan belum dibayar panitia. “Kami sangat kecewa, padahal pada saat kampanye terbuka, dia menjanjikan akan memberi bantuan dua kubah masjid,” sesal Hisyam, ketua panitia pembangunan masjid, Jumat (11/4/2014). Hisyam menduga, salah satu alasan gagalnya bantuan karena caleg tersebut kesal tidak lolos ke gedung Dewan. Sebelumnya, sang caleg sudah memberikan bantuan berupa pasir sebanyak 10 truk. Berdasarkan informasi yang diperoleh panitia masjid, tim sukses dari caleg berinisial PW tersebut batal memberi bantuan kubah lantaran hanya memperoleh suara sedikit di Dapil IV yang meliputi Kecamatan Pangkah, Kedungbanteng, dan Tarub. “Kami akan mengembalikan pasir sepuluh truk, bantuan dari PW. Daripada memberi tidak ikhlas," ujar Hisyam. http://regional.kompas.com/read/2014/04/11/2111182/Gagal.Caleg.PPP.Batal.Sumbang.2.Kubah.Masjid
  4. Karena sudah yakin tak bakal lolos, Andi Farida Soewandi, caleg DPRD asal Demokrat di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, meminta kembali kompor gas yang pernah dibagikan ke puluhan warga di Kelurahan Batang Rappe, Kecamatan Bacukiki, tiga hari sebelum hari pencoblosan. Zaenal, salah seorang warga, mengemukakan, kompor dari tim caleg gagal tersebut diterimanya dengan kesepakatan bahwa dia harus mencoblos caleg tersebut pada hari pencoblosan. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Kompas.com, caleg tersebut membagikan sekitar 50 kompor gas kepada warga yang tersebar di 3 TPS berbeda, yakni di TPS 11, 13, dan 14. Hingga diturunkannya berita ini, belum ada konfirmasi dengan pihak caleg bersangkutan karena sulit dihubungi. http://regional.kompas.com/read/2014/04/11/1643342/Gagal.Caleg.Demokrat.Minta.Kompor.Gasnya.Dikembalikan
  5. Tujuh calon anggota legislatif (caleg) yang mengalami depresi mendatangi Padepokan Al-Busthomi di Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Mereka ingin menenangkan pikiran setelah bertarung dalam pemilu pada 9 April lalu. Pemilik Padepokan Al-Busthomi, Ustaz Ujang Busthomi, mengatakan, rata-rata caleg datang ke padepokan pada malam hari. Ini agar kedatangannya ke padepokan tersebut tidak diketahui khalayak ramai. "Mereka mungkin malu, makanya datangnya malam-malam," kata Ustaz Ujang, Jumat (11/4/2014). Dari tujuh caleg itu, katanya, sebagian besar rawat jalan. Hanya seorang yang menginap dan hingga tadi siang kondisinya sudah membaik. Ia tampak lebih tenang, termasuk ketika diwawancara wartawan. Tujuh caleg itu datang ke padepokan, beberapa jam seusai penghitungan suara di TPS hingga Kamis (10/4/2014) malam. Hari ini, Padepokan Al-Busthomi belum kedatangan pasien baru dari kalangan caleg. http://regional.kompas.com/read/2014/04/11/1603239/Alami.Depresi.7.Caleg.di.Cirebon.Datangi.Ustaz
  6. Calon anggota legislatif dari PKS Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Muhammad Jafar, mengaku meminta kembali dana money politics karena kecewa hanya mendapat dua suara di TPS 07 Kampung Nelayan Mansapa. Muhammad Jafar mengaku memberikan uang kepada Kaharuddin, warga Kampung Nelayan Mansapa, karena sebelumnya ada jaminan akan mendapat 23 suara di TPS 07. Uang sebesar Rp 3,4 juta lebih itu dibagi dalam 23 amplop yang masing-masing berisi Rp 150.000. “Dia (Kaharuddin) kan pernah ke rumah minta bantuan dana operasional. Katanya ada anggotanya 23 orang mendukung saya. Kalau enggak salah, sehari sebelum pencoblosan. Saya tidak pernah ke tempat orang itu. Saya berikan, kalau enggak salah begitu (dalam amplop) karena dia minta begitu. Tapi saya tidak tahu apakah uang itu dikasih ke orang atau bagaimana?” kata Muhammad Jafar saat dihubungi via telepon, Kamis (10/4/2014). “Uang itu dipertanggungjawabkan karena kelihatannya tidak ada dukungan untuk saya. Tidak ada kasih dukungan kepada saya. Wajar saja (minta uang kembali), kita kan mengharap dukungan, dia minta uang operasional. Siapa yang tidak kecewa? Iya, dia mengembalikan kepada saya," kata Muhammad Jafar.
  7.  Sebanyak empat calon legislator menenangkan pikiran di Pesantren Al Jauhariyah, Desa Balerante, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, pimpinan Abah Anom. “Malam ini akan bergabung tiga caleg lain dari Cirebon,” kata Abah Anom di pesantrennya, Kamis, 10 April 2014. Menurut Abah Anom, dua di antaranya merupakan caleg inkumben DPR. Mereka menenangkan pikiran dengan membaca wirid di musala yang berjarak beberapa meter dari rumahnya. Abah Anom enggan menyebutkan nama dan dari partai mana caleg tersebut berasal. “Rahasia,” kata dia.Selain untuk menenangkan pikiran, para caleg itu meminta doa agar perolehan suara mereka dinaikkan lantaran sudah menghabiskan uang miliaran rupiah sejak awal pencalonan. “Mereka dalam kondisi stres. Takut tidak terpilih padahal sudah keluar uang banyak. http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/04/10/269569727/Caleg-Stres-Mulai-Datangi-Guru-Spiritual 
Insya Allah bersambung.....